Senin, 28 Maret 2016

Bab 4 - 2

Prabu tidak membantah, maupun mengiyakan ucapan atasannya. Jika atasannya mengatakan ada kejanggalan di TKP, pastilah ada alasannya, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan, yang mungkin sifatnya retoris belaka, “Maksud, Bapak?”

Bripka Arifin menunjuk arah pintu, “Pintu tidak didobrak paksa, tidak ada tanda-tanda pengrusakan, artinya korban mengenal pelaku. Bisa jadi korban sendiri yang mengajaknya masuk, atau mereka sudah janji bertemu. Lalu..” kali ini Bripka Arifin mengasosiasikan dirinya dengan korban untuk mereka kejadian yang menurut dia terjadi pada malam pembunuhan, “Jika kamu menerima tamu, apa yang kamu lakukan?”

                “Saya akan membuka pintunya, melihat siapa yang datang, lalu mempersilahkannya masuk”

                “Betul sekali. Pasti ketika dia melihat tamu yang datang, dia akan menyuruhnya masuk, tepat di sini…” Bripka Arifin kini berada di sisi tempat korban ditemukan tewas, telunjuknya digerakan tanpa henti “Di sini dia mungkin berbincang dengan pelaku selama beberapa saat. Kemungkinan dia berbalik, di saat itu pelaku menjeratnya dengan tali. Lihat ini” Bripka Arifin berjongkok pada sisi tempat tidur dari kayu “kamu lihat itu?”

Prabu memincingkan matanya, berusaha mendapatkan imej yang ditunjuk oleh atasannya, samar-samar ada sedikit bagian yang mengelupas seperti garis tipis. Panjangnya tidak rata, tapi ini goresan yang dilakukan dengan sekuat tenaga. Kayu tempat tidur ini tidak mudah tergurat kecuali ada tekanan pada lapisannya  “Ada..sedikit guratan. Bekas cakaran”

                “Mungkin itu dari cakaran kuku korban yang berusaha melepaskan diri.” Bripka Arifin berdiri lalu menepuk-nepuk bagian belakang celananya “ Karena korban berontak, pelaku lalu menusuknya dengan cepat dengan maksud melumpuhkan dia” paparnya sambil mengusap ujung hidungnya “Luka cekik biasanya didapat akibat dendam bersifat pribadi. Pelaku pasti sudah lama menyimpan dendam pada korban. Motifnya harus sangat kuat, sehingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup korban dan menikmati perbuatannya sampai nyawa korban melayang.”

                “Apakah pelaku kalah tenaga dari korban, sehingga perlu menusuknya?”

                “Kemungkinan itu ada. Lalu bagaimana dengan hasil forensik mengenai waktu kematian korban?”

                “Dari kekakuan tubuhnya, korban diperkirakan telah meniggal dua jam sebelum ditemukan. Artinya, sekitar pukul sepuluh malam sebelum penjaga penginapan menemukannya”

Bripka Arifin mengangguk, jam sepuluh malam. Namun, Sofyan sendiri mengatakan tidak ada yang berkunjung malam itu kecuali paangan selingkuh yang tidak sengaja terlibat dalam kasus ini. Pergantian shift dia dengan saudaranya pada pukul delapan, apakah mungkin ada jeda di saat itu dan digunakan pelaku untuk menyusup masuk? “Prabu, kita perlu meminta keterangan dari penjaga penginapan satunya lagi. Rukmini. Jika pintu masuk penginapan ini hanya ada satu, maka kita perlu mendapatkan keterangannya apakah dia yakin tidak melihat seseorang menyelinap ketika pergantian waktu jaga?”

                “Ibu Rukmini saat ini ada di penginapan, Pak. Apa kita akan meminta kesaksiannya sekarang?”

                “Ya, segera kita minta kesaksiannya”

Mereka menuruni tangga dan menuju meja penerima tamu. Tampak wanita paruh baya, usianya sekitar tiga puluhan, dia mengenakan kemeja cokelat bermotif bunga dipadukan dengan rok terusan bewarna cokelat muda. Sesuai dengan kemeja yang dia pakai saat itu. Setelah Prabu mengatakan padanya bahwa mereka perlu meminta keterangan darinya, raut wajahnya berubah. Dia mengiikuti kedua polisi itu duduk di sofa tua yang ada di dekat meja penerima tamu.

                “Ibu Rukmini,” papar Bripka Arifin hati-hati, “Apakah betul anda bertukar waktu jaga dengan Sofyan pada pukul delapan malam?”

                “Iya, Pak” jawabnya pelan

                “Saat korban ditemukan tewas, apakah anda juga berganti jaga di waktu yang sama?”

                “Hampir setiap hari seperti itu, Pak. Kadang-kadang saya menemaninya sampai jam sembilan malam, waktu Bapak Adi meninggal juga saya baru istirahat jam segitu”

                “Apakah tidak ada orang yang mencurigakan saat itu?”

                “Tidak ada, Pak. Saya pulang setelah suami saya menjemput dari tempat kerjanya.”

                “Dia tidak satu tempat dengan Ibu?”


                “Tidak, Pak. Suami saya jualan di Pasar, biasanya malam setelah dagangannya cukup laris banyak, dia tutup tokonya jam delapan, lalu jemput saya. Jujur Pak, setelah kasus ini saya bingung penginapan saya akan bagaimana kelanjutannya” kali ini Rukmini hanya bisa berkata miris, kasus pembunuhan di penginapannya akan membuat tempat ini sulit mendapatkan tamu “Besok malam saya akan adakan pengajian di sini, supaya nggak ada kejadian aneh lagi di sini” ujarnya lirih seraya mengakhiri sesi introgasi padanya

Tidak ada komentar: