Prabu tidak membantah, maupun
mengiyakan ucapan atasannya. Jika atasannya mengatakan ada kejanggalan di TKP,
pastilah ada alasannya, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajukan
pertanyaan, yang mungkin sifatnya retoris belaka, “Maksud, Bapak?”
Bripka Arifin menunjuk arah
pintu, “Pintu tidak didobrak paksa, tidak ada tanda-tanda pengrusakan, artinya
korban mengenal pelaku. Bisa jadi korban sendiri yang mengajaknya masuk, atau
mereka sudah janji bertemu. Lalu..” kali ini Bripka Arifin mengasosiasikan
dirinya dengan korban untuk mereka kejadian yang menurut dia terjadi pada malam
pembunuhan, “Jika kamu menerima tamu, apa yang kamu lakukan?”
“Saya
akan membuka pintunya, melihat siapa yang datang, lalu mempersilahkannya masuk”
“Betul
sekali. Pasti ketika dia melihat tamu yang datang, dia akan menyuruhnya masuk,
tepat di sini…” Bripka Arifin kini berada di sisi tempat korban ditemukan
tewas, telunjuknya digerakan tanpa henti “Di sini dia mungkin berbincang dengan
pelaku selama beberapa saat. Kemungkinan dia berbalik, di saat itu pelaku
menjeratnya dengan tali. Lihat ini” Bripka Arifin berjongkok pada sisi tempat
tidur dari kayu “kamu lihat itu?”
Prabu memincingkan matanya,
berusaha mendapatkan imej yang ditunjuk oleh atasannya, samar-samar ada sedikit
bagian yang mengelupas seperti garis tipis. Panjangnya tidak rata, tapi ini
goresan yang dilakukan dengan sekuat tenaga. Kayu tempat tidur ini tidak mudah
tergurat kecuali ada tekanan pada lapisannya “Ada..sedikit guratan. Bekas cakaran”
“Mungkin
itu dari cakaran kuku korban yang berusaha melepaskan diri.” Bripka Arifin
berdiri lalu menepuk-nepuk bagian belakang celananya “ Karena korban berontak,
pelaku lalu menusuknya dengan cepat dengan maksud melumpuhkan dia” paparnya
sambil mengusap ujung hidungnya “Luka cekik biasanya didapat akibat dendam
bersifat pribadi. Pelaku pasti sudah lama menyimpan dendam pada korban. Motifnya
harus sangat kuat, sehingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup korban dan
menikmati perbuatannya sampai nyawa korban melayang.”
“Apakah
pelaku kalah tenaga dari korban, sehingga perlu menusuknya?”
“Kemungkinan
itu ada. Lalu bagaimana dengan hasil forensik mengenai waktu kematian korban?”
“Dari
kekakuan tubuhnya, korban diperkirakan telah meniggal dua jam sebelum
ditemukan. Artinya, sekitar pukul sepuluh malam sebelum penjaga penginapan
menemukannya”
Bripka Arifin mengangguk, jam
sepuluh malam. Namun, Sofyan sendiri mengatakan tidak ada yang berkunjung malam
itu kecuali paangan selingkuh yang tidak sengaja terlibat dalam kasus ini. Pergantian
shift dia dengan saudaranya pada pukul delapan, apakah mungkin ada jeda di saat
itu dan digunakan pelaku untuk menyusup masuk? “Prabu, kita perlu meminta
keterangan dari penjaga penginapan satunya lagi. Rukmini. Jika pintu masuk penginapan
ini hanya ada satu, maka kita perlu mendapatkan keterangannya apakah dia yakin
tidak melihat seseorang menyelinap ketika pergantian waktu jaga?”
“Ibu
Rukmini saat ini ada di penginapan, Pak. Apa kita akan meminta kesaksiannya
sekarang?”
“Ya,
segera kita minta kesaksiannya”
Mereka menuruni tangga dan menuju
meja penerima tamu. Tampak wanita paruh baya, usianya sekitar tiga puluhan, dia
mengenakan kemeja cokelat bermotif bunga dipadukan dengan rok terusan bewarna
cokelat muda. Sesuai dengan kemeja yang dia pakai saat itu. Setelah Prabu
mengatakan padanya bahwa mereka perlu meminta keterangan darinya, raut wajahnya
berubah. Dia mengiikuti kedua polisi itu duduk di sofa tua yang ada di dekat
meja penerima tamu.
“Ibu
Rukmini,” papar Bripka Arifin hati-hati, “Apakah betul anda bertukar waktu jaga
dengan Sofyan pada pukul delapan malam?”
“Iya,
Pak” jawabnya pelan
“Saat
korban ditemukan tewas, apakah anda juga berganti jaga di waktu yang sama?”
“Hampir
setiap hari seperti itu, Pak. Kadang-kadang saya menemaninya sampai jam sembilan
malam, waktu Bapak Adi meninggal juga saya baru istirahat jam segitu”
“Apakah
tidak ada orang yang mencurigakan saat itu?”
“Tidak
ada, Pak. Saya pulang setelah suami saya menjemput dari tempat kerjanya.”
“Dia
tidak satu tempat dengan Ibu?”
“Tidak,
Pak. Suami saya jualan di Pasar, biasanya malam setelah dagangannya cukup laris
banyak, dia tutup tokonya jam delapan, lalu jemput saya. Jujur Pak, setelah
kasus ini saya bingung penginapan saya akan bagaimana kelanjutannya” kali ini
Rukmini hanya bisa berkata miris, kasus pembunuhan di penginapannya akan
membuat tempat ini sulit mendapatkan tamu “Besok malam saya akan adakan
pengajian di sini, supaya nggak ada kejadian aneh lagi di sini” ujarnya lirih seraya
mengakhiri sesi introgasi padanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar