Rabu, 23 Maret 2016

Bab 3 - 2

Dengan perlahan Danu menurunkan pahatan Guan Yu yang dia kemas dalam kotak kayu dari dalam taksi yang dia tumpangi dibantu oleh supir, pahatan ini tidak ringan, apalagi dia menggunakan kayu jati sebagai bahan dasarnya. Sudah hampir seminggu ini tenaganya bak terkuras hingga ke titik terendah, mengangkat beban seberat ini benar-benar melelahkannya, beruntung dia masih bisa mengejar penerbangan ke Jakarta subuh tadi. Benar seperti yang dikatakan Mbok Nem, dia memaksakan diri menyelesaikan pahatan ini dalam waktu singkat, bukannya tanpa alasan, pahatan ini bagaikan hutang pekerjaan apalagi pemesannya sudah tidak ada. Danu lebih baik menyelesaikan pahatan ini secepat mungkin – dan untungnya proses finishing terasa tidak ada hambatan – daripada harus dihantui oleh pesanan yang belum rampung.

Danu menatap bangunan di hadapannya, sebuah kantor yang terdiri dari tiga lantai bercatkan warna terracotta, beberapa catnya mengelupas di bagian sisi temboknya, mungkin karena faktor cuaca. Di depan gerbang dia melihat sebuah papan nama bertuliskan PT GLOBAL JAYA, lengkap dengan detail logonya.Lokasinya mudah dicari, apalagi dia juga pernah tinggal di kota ini cukup lama, walaupun ketika mencari lokasinya dia harus memutar jauh di daerah Sarinah karena supir taksi yang ditumpanginya salah belok. Setelah mengucapkan terimakasih, dan mengeluarkan beberapa lembar rupiah untuk membayar ongkos perjalanannya, Danu menyampirkan tasnya dan segera  menuju pos satpam

                “Siang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?” tanya  Satpam berkepala cepak itu padanya.

                “Saya mau bertemu Bapak Daniel. Saya mengantarkan pesanannya. Maksudnya pesanan Almarhum Bapak Adi sebelum dia meninggal”

                “Oh, tunggu sebentar” Satpam itu masuk ke dalam posnya, dna tidak lama kemudian keluar sembari membawa tanda pengenal bertuliskan ‘Guest’ dan menyerahkannya kepada Danu “Silahkan Bapak masuk ke dalam, di sana ada front office nanti Bapak isi buku tamu, dan dia akan mmebantu Bapak bertemu Pak Daniel”

                “Terimakasih” Danu berkata seraya mengenakan kartu tanda pengenalnya di saku jaketnya, udara Jakrta memang panas, tapi jaket ini selalu setia menemani dia ketika berpergian “kalau boleh, apakah ada yang bisa membantu saya membawa ini, Pak?” Danu kemudian menunjuk boks kayu yang ada di samping kakinya

                “Isinya?” kali ini Satpam dengan sedikit curiga menatap boks kayu tersebut, dengan hati-hati dia menyentuhnya

                “Pahatan” jawab Danu dengan tenang,  semenjak serangan terror beberapa bulan lalu, penjagaan di Jakarta semakin ketat rupanya

                Satpam itu menggangguk, lalu dia memanggil seornag laki-laki kecil dengan baju biru muda bertulisakan Office Boy agar membantu Danu. “Wan, hoi Riswan! Sini! Bantu” teriaknya sambil membuat gerakan mendorong dengan tangannya. Riswan sang pesuruh kantor itu dengan sigap pergi ke belakang bangunan, tidak lama sebuah trolley barang sudah ada dan mengangkut Guan Yu dari permukaan tanah

                “Silahkan lewat sini Pak”  ucap Riswan dengan logat Betawinya yang bercampur aksen Sunda pada Danu. Seelah menaiki beberapa undakan, Danu hendak membukakan pintu agar Riswan dapat dengan mudah memasuki kantor, tapi upaya itu tidak jadi dia lakukan karena pintu utama PT Global Jaya sudah dibukakan oleh seorang gadis dengan mata memerah yang kemudian berlalu.


                “Itu Harshita, anak Pak Direktur” bisik Riswan pada Danu, “Sudah biasa, Pak” ujarnya lagi, “Nah, di sebelah sini” Riswan meletakan trolleynya di samping meja penerima tamu, dan berkata pada resepsionistnya bahwa Danu hendak bertemu Pak Daniel setelah itu dia pergi kembali melakukan pekerjaan utamanya. Setelah diberikan penjelasan singkat, dan menitipkan kartu tanda penduduknya di meja penerima tamu, Danu kemudian duduk di ruang tunggu. Semoga tidak lama, masih ada tempat yang akan dia kunjungi setelah ini selain makam Ibundanya.

Tidak ada komentar: