Dengan tertatih-tatih Danu
mengangkat sebuah kanvas berukuran besar dari gudang menuju halaman belakang.
Kemarin dia membereskan semua perlatan seninya di rumah ini, dan lukisan
Miranda yang tidak sempat dia selesaikan sejak bertahun-tahun lalu termasuk ke
dalam barang yang akan dia singkirkan. Setelah semua menumpuk di halaman
belakang, dia mulai menyalakan api. Tidak cukup sulit, karena sebagian besar
barang-barang ini terdiri dari cat minyak yang mudah sekali terbakar.
Api mulai menyeruak, meletup-letup
kecil dan menjalar perlahan seiring memakan seluruh kenangan Danu terhadap
Miranda. Dalam hati kecilnya dia cukup miris, di tengah udara Jakarta yang
panas, dan lapisan atsmosfernya sudah berlubang di sana sini, dia membebani kota
ini dengan asap kenangannya.Walaupun begitu, dia akan menghadiri peresmian
restorannya yang terbaru, bukan sebagai teman ataupun bekas teman, melainkan sebagai
kolega bisnis, seperti yang dia putuskan. Masih ada waktu tiga jam lagi untuk
bersiap-siap, Nita juga sudah menyiapkan makan pagi untuknya sebelum berangkat mengantar
anaknya, sementara ayahnya masih mengurung diri di kamar. Nita pernah menyinggung
kebiasaan ayahnya yang baru ini ‘Mas,
sekarang Ayah kalau nggak pergi kemana-mana nyaris tidak pernah keluar kamar,
kalau kupanggil hanya menyahut setelah itu seperti tidak ada apa-apa’ ,
yah, dia merasakan kekhawatiran adiknya itu, tapi berbicara dengan ayahnya
tidak semudah yang dipikirkan olehnya. Masih ada tembok pembatas antara dia dan
ayahnya, yang sangat sulit untuk dia robohkan dengan satu pukulan.
Danu meninggalkan kanvas yang
terbakar, dan beranjak menuju ruang makan. Dia mengambil sehelai roti tawar dan
mulai memakannya. Teleponnya sedari tadi begetar karena bunyi pesan, ada tiga
pangilan tidak terjawab, dan lima pesan singkat. Sangat aneh baginya menerima
pesan sebanyak ini, selain iklan operator telepon yang menawarkan premium call
ataupun tips-tips percintaan dari majalah picisan. Sambil memindahkan saluran televisi,
Danu mengamati satu per satu panggilan masuk dan pesan singkat ke dalam
ponselnya. Satu pesan cukup membuat dia mengerrenyit dan terkejut, ditambah
dengan isi dari pesan tersebut.
‘Selamat Pagi Bapak Danu, saya Arifin. Saya minta nomor telepon ini
dari pembantu anda, sedari tadi saya mencoba menghubungi tapi tidak ada
jawaban. Apa Mas Danu masih di Jakarta? Ada yang perlu saya tanyakan segera. Terimakasih”
Bripka Arifin menghubunginya, dan
panggilan masuknya datang dalam jeda waktu yang tidak terlalu lama. Dia melihat
ke arah saluran teleisi, bersamaan dengan suara pintu kamar ayahnya yang
terbuka. Ayahnya masih menggunakan celana bokser kebesaran dengan motif cokelat
muda kotak-kotak. Agak kontras dengan tubuhnya yang kurus, membuatnya terlihat
tenggelam dalam pakaian itu. Kacamata bacanya terlihat longgar, dan dia menuju
lemari pendingin, mencoba mencari sesuatu yang bisa diminum. Nita selalu
menyediakan jus buah segar, baik yang dia buat sendiri atau yang sudah terkemas
dalam karton minuman.
“Kalau
jus, ada di sini, Pah” Danu mengangkat sebuah pitcher dengan air bewarna kuning
segar, dan menunjukan pada ayahnya. Canggung, tapi melihat ayahnya yang sudah
terbilang memasuki usia senja, tidak ada salahnya dia mencairkan suasana.
Ayahnya hanya mendongak, tanpa suara
dia menghampiri Danu yang sudah duduk di kursi sembari memegang gelas minuman
dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk melihat ponsel
pintarnya.
“Tolong
isikan punya Papa” jawab ayahnya
Danu tertegun, lalu mengambil
segelas cangkir dan menuangkan jus jeruk ke dalamnya. Sudah lama dia tidak
berbicara seperti ini dengan ayahnya, bahkan ini adalah percakapan normal yang
mereka miliki setelah lebih dari satu dasawarsa.
“Segini
cukup?” tanyanya, dan dijawab dengan anggukan ayahnya yang sedang membolak
balik Koran terbaru hari ini. Satu hal menarik perhatian Danu, headline surat
kabar itu. Dia menoleh kea rah televisi yang menapilkan berita khusus Ibukota
pagi ini dan hampir tersedak dengan air liurnya sendiri. Tulisannya cukup
jelas, dan kentara “DIREKTUR PERUSAHAAN RETAIL, HENRY SANTOSO, TEWAS TERJATUH”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar