Minggu, 09 Desember 2012

KLIK : 10 Ide 1 Cerita

"Mags
Lemparkan kembali semuanya
Gee"


Kisah Klik berfokus kepada George Keane Henschler atau Gee. Bagi Maggie, Gee adalah sosok kakek yang selalu dia nantikan kehadirannya. Setiap kali Gee datang dia selalu membawakan beragam cerita untuknya dan juga Jason, kakaknya. Namun, Gee meninggal dunia, dan dia mewariskan sebuah kotak berisi tujuh kerang untuk Maggie, dan foto-foto untuk Jason.

Awalnya mereka berdua mengira benda-benda itu tidak ada artinya sama sekali, terutama bagi Maggie yang menganggap jika dia membuka kotak  itu, maka kenangannya bersama Gee akan menjadi yang terakhir.Akan tetapi, Gee mewariskan lebih dari sekedar kerang untuk Maggie, dan lebih dari sekedar foto-foto orang terkenal untuk Jason. Semua itu membawa mereka ke dalam perjalanan penuh kejutan. Menyeberangi lautan, melintasi benua, menemukan jati diri, dan juga merekam jejak seorang Gee yang selama ini mereka kenal.

Novel "KLIK" ditulis oleh sepuluh orang penulis yang namanya tentu tidak asing di telinga anda. Pada awalnya saya tertarik karena melihat nama Eoin Colfer (pengarang Artemis Fowl) termasuk ke dalam salah satu dari penulis itu. Walaupun setiap bab ditulis oleh orang yang berbeda, namun seperti yang saya singgung sebelumnya, setiap cerita tertuju kepada sosok Gee. Siapakah Gee? Seperti apa dia? Bagaimana kehidupannya? Apa yang terjadi padanya? Apa pengaruh Gee bagi mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul setiap saya membalik halaman buku ini, dan sedikit demi sedikit terjawab layaknya mengikuti aliran air, layaknya sebuah novel yang ditulis oleh satu orang saja.

Mereka merangkaikan cerita dengan apik, dengan alur maju mundur tanpa membuat pembaca kesulitan mencerna inti ceritanya. Di antara sepuluh cerita ini, mungkin bab berjudul "Min" yang menggelitik hati saya. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Terlepas dari itu semua, "KLIK" menyampaikan pesan bahwa perjalanan itu tidak akan pernah berakhir, dan merupakan warisan yang abadi.


Judul Buku :KLIK
Pengarang : Eoin Cofler, Linda Sue Park, Ruth Ozeki, Nick Hornby, Tim Wyne-Jones, David Almond, Gregory Maguire, Deborah Ellis, Margo Lanagan, Roddy Doyle.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 228 halaman





Minggu, 01 Juli 2012

Dissapointed Effect

Final! Dan ketika tulisan ini diturunkan, Italia jauh tertinggal 2-0 dari Spanyol berkat gol Silva, dan Alba. Kecewa! Bagaimana tidak, karena Italia mengalahkan tim favorit saya Jerman di semifinal kemarin. Melihat permainan mereka saat itu (yang jauh lebih baik dari Jerman) saya yakin mereka akan membuktikan sesuatu di Final. Nyatanya, jauh dari yang saya harapkan.
Sebelumnya saya memposting tulisan di akhir pertandingan German-Italia Jumat kemarin. Bahwa jika Italia tidak bermain seperti saat ini (ketika semifinal) maka mereka tidak akan mampu mengalahkan tiki taka Spanyol. Dan prediksi saya tidak melenceng jauh, dan saya juga tidak salah jika mengatakan (mungkin) hanya permainan der panzer yang mampu mengimbanginya. Terlihat ketika semifinal Champion League antara Bayern Muenchen vs Real Madrid, Der Bavarian mampu menahan laju el Real sehingga laga disudahi dengan adu pinalti.
Jadi apa yang salah?
Bukan berarti Italia menyingkirkan German dengan skandalnya, lho. Tapi saya melihat ketika semifinal Italia beruntung karena faktor mental. Sebelum pertandingan berlangsung, media gencar menuliskan "kutukan" dominasi Italia atas Jerman, dan itu berpengaruh terhadap performa Lahm dan kawan-kawan di lapangan. Gugup menghadapi semifinal, dengan predikat juara favorit, dan menghadapi Italia yang bermental lebih baik, tidak ada beban. Peluang yang didapat pun tidak mampu dikonversi menjadi gol
Dan setelah ini saya melihat dua gol sudah menjebol gawang Buffon. Selamat Spanyol, mempertahankan gelar dan berturut-turut meraih trophy. Viel Gute.
Posted via BlogPost

Kamis, 28 Juni 2012

I Cry For You Germany

German belum bisa mematahkan rekor buruk atas Italia. Dengan ini laju mereka terhenti di semifinal, setelah kalah 1-2 malam ini. Sangat menyakitkan, terutama permainan German yang sangat kompetitif selama Euro 2012 dan mengantongi 15 kemenangan beruntun.

Blunder Taktik Herr Loew
Pergerakan Oezil yang dimatikan memang sudah terbaca oleh Loew, tapi dia bertaruh pada lini belakang. Untuk membantu lini tengah, Lahm dan Boateng naik turun meninggalkan posnya. Meninggalkan Badsstuber dan Hummels di belakang. Masukya Kroos (yang membuat saya terhenyak) sebagai kamuflase tidak berhasil menyeimbangkan lini tengah dan penyerang German. Apalagi Podolski tidak bermain apik malam ini.
Hal ini berbeda sekali saat German melawan Portugal, dimana mereka berdua sangat disiplin dan defensif. Alhasil dua kali Ballotelli merobek jala Neuer tanpa bisa diantisipasi oleh Batsuber ataupun Hummels. Dari sini kita bisa melihat bahwa kualitas Lahm memang tidak dapat diganggu gugat pada laga krusial.
Seandainya Loew memasukan Muller sebagai penheimbang penetrasi sayap kanan, hasilnya mungkin lain. Karena ketika Boateng mencoba mengantisipasi serangan kanan, dia cenderung mengoper bola ke arah kiri, sedangkan karakter Muller adalah membawa bola maju dan melakukan serangan kanan. Sangat cocok dengan Gomez, beberapa kali dua pemain ini bisa melakukan gaya tik tak ala German. Terbukti saat Boateng ditarik dan Muller masuk, tempo permainan menjadi milik German. Sayangnya hal ini sangat terlambat. Saya juga melihat Reuz bermain sangat individualis, dia belum menyatu dengan tim, sehingga banyak peluang emas tersia-siakan.
Di sisi lain, permainan Italia malam ini sangat bagus. Terutama barisan pertahanan yang sangat cepat memback up ketika bola di lapangan tengah berhasil direbut pemain German. Ini adalah kali kedelapan German kalah di laga kompetitif lawan Italia. Bukan karena faktor sejarah, namun pemain muda German masih belum grow up, dengan adanya laga ini diharapkan (saya lebih berharap tentunya) pengalaman laga internasional akan berpengaruh pada penempaan mental mereka. Masih ada dua tahun lagi untuk Piala Dunia 2014, dan die Nationalmannschaft bisa berbenah memperbaiki skill dan kemampuan tiap individunya.

Prediksi Final
Dengan gaya tik tak, Spanyol tampaknya akan memenangkan laga Final dengan skor 2-1, jka Italia tidak segera mengantisipasi operan-operan pendek dan cepat mereka dengan baik. Karena saya merasa hanya German yang sejauh ini meredam gaya permainan Spanyol yang seperti itu. Tapi Italia bukannya tanpa peluang, asalkan mereka bisa mengatur ritme permainan, dan membawa Spanyol ke dalam pergerakan mereka, kemungkinn kedudukan akan berubah.

Sangat sedih melihat para pemain muda German tidak berada di puncak Euro 2012. Dan saat ini saya masih mencari tisu untuk menghapus sisa-sisa air mata (i'm really serious). Tapi inilah sepakbola, segala sesuatu kadang tidak sesuai keinginan. Allez die Nationalmannschaft, danke schön für das Spiel. Liebe große und weiter so.
Posted via BlogPost

Rabu, 27 Juni 2012

Spanyol: Mematahkan Semua Mitos

Semifinal pertama antara Portugal kontra Spanyol telah usai dengan kemenangan untuk Spanyol, walaupun disudahi oleh adu penalti. Sebenarnya banyak peluang emas yang tercipta sepanjang 90 menit waktu normal, maupun 30 menit tambahan. Sayangnya (atau bisa saya bilang sialnya) kesamaan permainan antar tim membuat peluang itu dapat dimentahkan begitu saja.
Dengan ini Spanyol melangkah ke final, dan mematahkan mitos bahwa pemenang EURO sebelumnya tidak akan bisa menembus final di turnamen selanjutnya. Ada beberapa fak or menarik dari pertandingan dini hari tadi, diantaranya seorang CR7 tidak mampu untuk membuktikan kualitas dirinya. Saya tidak mengatakan bahwa permainannya buruk, malah sebaliknya. Beberapa kali saya lihat tendangannya sangat berbahaya bagi gawang Iker Cassilas. Insting dan pergerakannya yang tajam memang harus diwaspadai oleh tim manapun, olehkarena itu tepat jika German mengunci pergerakannya di awal fase grup. Bersaing memperebutkan titel ballon d'or dengan rivalnya Lionel Messi, membuat CR7 bermain imprensif di turnamen ini, tercatat dia telah mengemasi 3 gol di gelaran EURO 2012. Hanya saja, faktor tiang gawang menjadi temannya kali ini.
Gambaran el classico dalam balutan kostum timnas memang terbukti. Alur permainan, tempo, operan silang kiri kanan mengingatkan saya pada permainan Real Madrid dan Barcelona. Strategi "false nine" pun bukannya tanpa cacat. Dengan dimainkannya tiga midfield yang juga berfungsi sebagai striker, Spanyol tidak bisa menghasilkan rekor sempurna atau kemenangan telak kala menghadapi tim besar. Artinya pergerakan Iniesta-Xabi-Xavi memang kompak, tapi dengan itu peran mereka akan tumpang tindih ketika masuk pertahanan lawan. Peran Torres pun yang semestinya bisa bersinar seakan-akan tidak dibutuhkan.
Dari kubu Portugal, ketergantungan terhadap Ronaldo harus segera disudahi. Mereka masih punya Pepe dan Nani, serta Verela yang diawal fase grup bermain bagus. Toh tendangan penalti Ronaldo membuktikan bahwa dia hanya pesepakbola biasa, yang bisa membuat kesalahan. Sekali lagi adu penalti seperti melempar koin antara dua sisi, keberuntungan dan kesialan.

Review: German Italia
Melihat pertandingan hari ini, kedua timnas mempunyai tambahan motivasi. Masuknya Spanyol yang mematahkan semua mitos sepakbola ke final, menjadi pembuktian bahwa pertandingan selalu ada selama 90 menit, dan selama itu apapun bisa terjadi.
Pulihnya Schweinsteinger dari cedera membangkitkan semangat tim, betapa tidak, Schweini sudah menjadi roh bagi die mannschaft. Kehadiran Schweini bisa membuat barisan pertahanan German tenang, karena memudahkan Kheidira atau Lahm bergerak mengubah-ubah posisi. Saya prediksikan bahwa lima belas menit pertama kedua tim akan bermain Wait and See. Tapi ketika salah satunya dapat menguasai pergerakan bola, maka kemenangan sudah pasti di tangan.
Allez, Die Nationalmannschafft
Posted via BlogPost

Selasa, 26 Juni 2012

Halbfinale Euro 2012: Saatnya Menguji Mental Pemain Muda

Saatnya semifinal EURO 2012, dibuka dengan duel "clasico" antara Portugal melawan Spanyol. Tapi kesampingkan hal itu, karena sejujurnya saya tidak mendukung keduanya. Bukan tanpa alasan, lebih tepatnya bingung, kedua tim mempunyai karakter yang sama. Permainan bola dengan operan-operan kiri kanan, percis sekali pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona. Apalagi kedua tim dihuni oleh punggawa kedua tim besar itu. Walaupun di atas kertas kali ini Spanyol masih diunggulkan.
Menariknya adalah semifinal kedua yang mempertemukan German dan Italia di Warsawa Kamis (Jumat dini hari) mendatang. Pertandingan ini saya lihat masih hitam putih.

Der Panzer Vs Gli Azzuri

Secara statistik sejarah pertemuan kedua tim, Italia masih bisa berbangga diri karena memgang rekor lebih baik jika berhadapan dengan German, baik di tingkat Eropa atau Piala Dunia. Kejadian yang masih membekas tentulah disaat Piala Dunia 2006, German harus tersingkir akibat dua gol yang dicetak Italia pada saat laga menjelang akhir. Tetapi German saat ini bukanlah German 6 tahun yang lalu.
Dengan laga di Grup Neraka menghadapi Portugal, Denmark, dan Belanda (yang sebenarnya jauh lebih diunggulkan), German menyudahi pertarungan dengan nilai sempurna. Disusul mematahkan mantan juara Euro'04 Yunani dengan skor cukup meyakinkan 4-2. Mungkin berbeda dengan Italia yang tampaknya sangat bermain aman, imbang melawan Spanyol dan Kroasia, lalu kemenangan melawan Irlandia yang sebenarnya mempunyai kualitas di bawah mereka. Ujian sesungguhnya ketika melawan Inggris, yang sayangnya bermain sangat buruk di perempat final, sehingga laga harus disudahi dengan adu tos-tosan. Italia melenggang dengan skor 0(4) - 0(2)
Meninggalkan gaya bertahan catenacio, dan berinisiatif menyerang, Italia memang tampak berbeda dengan beberapa waktu kebelakang. Cesare Predelli mungkin sudah membawa perubahan bagi Azzuri dengan memainkan si bengal Ballotelli, ditambah peran Pirlo dan Buffon sebagai pemain senior menjaga keseimbangan di antara skuad. Tidak bisa disanggah, kehadiran Pirlo seperti spirit bagi roh Azzuri. Mengingatkan saya pada Paolo Maldini sebelum dia pensiun. Hal ini yang harus diwaspadai German.
Sementara Der Panzer bukannya tidak berbahaya. Menjadi tim dengan produktivitas paling bagus di EURO dengan torehan 9 gol, membuktikan betapa efektifnya mesin gol Der Panzer. Mario Gomez ataupun Miroslav Klose selalu berada di saat yang tepat ketika rekannya mengirimkan umpan untuk dilesakan. Belum lagi di lini tengah antara Oezil, Muller, Schweinsteiger, dan Podolski sebagai penyokong barisan depan Die Mannschafft. Jangan lupakan Sami Kheidira, walaupun perannya membantu pertahanan, bersama dengan kapten Philip Lahm atau bek Jerome Boateng, mereka bertiga seringkali menusuk pertahanan lawan jika lini tengah dijaga dengan ketat. Barisan pertahanan tentunya dijaga oleh Badstubber dan Hummels, sebelum berakhir pada Neuer. Kordinasi antar lini German bisa dikatakan sempurna, ini yang menjadikan kekuatan mereka di turnamen kli ini. Sedikit catatan harus ditambahkan bagi pertahanan German, karena beberapa gol yang berhasil dilesakan lawan terjadi akibat lengahnya barisan pertahanan mengantisipasi counter attack lawan.
Pertandingan saya rasa akan seru di bagian sayap, karena German maupun Italia pasti akan memainkan pola menyerang. German akan mengunci pergerakan Pirlo, begitupun sebaliknya Italia tidak akan membiarkan Oezil mendapatkan bola dengan leluasa. Dari faktor ketenangan juga berpengaruh dalam duel mendatang. Faktor usia muda tidak akan menjadi hambatan bagi pasukan German, itulah mengapa dengan usia rata-rata 20 tahun, Joachim Loew langsung menstarter mereka dengan turnamen besar. Tidak tanggung-tanggung Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Hasilnya tidak bagus, tapi bukan berarti tidak baik. Peringkat ketiga dengan susunan pemain muda yang nyaris tidak ada pengalaman dalam ajang sebesar itu.
Intinya dalam pertandingan semifinal nanti antara German dan Italia, lupakan soal sejarah. Taktik akan berpengaruh, selain itu ketenangan dan kedewasaan di lapangan akan menjadi faktor vital bagi kemenangan. Tentunya saya berharap German akan lolos ke final, memang tidak akan mudah karena benteng Italia sangat kokoh, tapi bukan tidak mungkin.
weiter so gegen Italien, die Nationalmannschaft!!

Posted via BlogPost

Minggu, 24 Juni 2012

Three Lions yang Benar-Benar Terluka

Tuntas sudah perempatfinal EURO 2012, dengan menempatkan empat tim sebagai calon finalis: Portugal, German, Spanyol, dan Italia. Berhasil menyingkirkan Inggris Senin dini hari lewat drama adu penalti, Italia dipastikan akan bertemu German di laga semifinal pada Kamis mendatang.

Jumat, 22 Juni 2012

Miracle was beating by Consistency


Skuad Jerman vs Portugal
Perhelatan EURO 2012 sudah mencapai fase perempat final. Kejutan mungkin terjadi di grup A dan B, sedangkan sisanya sudah bisa diprediksi. Diawali hasil dramatis oleh Rep.Ceko dan Yunani (suprisingly dapat melewati fase grup dan mencapai babak perempat final). Disusul oleh pertarungan hidup dan mati di "Grup Neraka", dimana Belanda, Denmark, Jerman,dan Portugal berada. Pertandingan di grup ini sangat menarik dilihat, layaknya partai Final sudah digelar sejak dini. Namun lagi-lagi kita mendapatkan kejutan dengan tersingkirnya Belanda dengan catatan menyesakan bagi finalis Piala Dunia 2010. Sedangkan dua grup selanjutnya yaitu C dan D tidak mendapatkan kejutan berarti. Swedia, Ukraina, dan Kroasia gagal memberikan perlawanan bagi tim besar lainnya.
Prestasi membanggakan mungkin bisa kita alamatkan kepada Jerman. Der Panzer menjadi satu-satunya tim yang memenangkan seluruh pertandingan di fase grup. Torehan poin 9 menjadi angka sempurna bagi Mezut Öezil dan kawan-kawan. Diawali dengan sukses mematikan pergerakan CR7 sehingga memenangkan laga penentu dengan Portugal 1-0, Jerman meneruskan tren positif yang dibuktikan dengan menghempaskan Belanda dan Denmark, 2-1. Menjadi juara grup, dan Jumat atau Sabtu dini hari ini (23 Juni 2012, GMT +7 Jakarta) mereka menghadapi Yunani di fase Perempat Final yang berlangsung di Gdansk, Polandia.

Panzer vs Olympus
Pertandingan yang seru, sarat nuansa politik dan gengsi. Sesuai prediksi pelatih Jerman, Joachim Loew yang mengatakan bahwa Yunani adalah tim dengan kemampuan bertahan yang solid. Tidak diunggulkan, tapi itu yang membuat mereka bisa tampil lepas tanpa beban, dan berhasil menyingkirkan Rusia di grup A. Jerman masih bermain dengan formasi 4-3-2-1, yang membuat terkejut adalah perubahan starting XI mereka kali ini. Tiga pillar utama Jerman yaitu Müller, Podolski, dan Gomez tidak dimainkan sejak awal. Digantikan oleh Anne Schurle dan Reuz. Sedangkan ujung tombak dipercayakan kepada Miroslav Klose. Ini sebuah gambling yang sangat berani oleh Herr Loew. Biasanya perubahan starting XI dilakukan pada fase grup, bukan pada babak menentukan seperti perempat final, walaupun di atas kertas Jerman memang diunggulkan.
Kick off babak pertama dimulai, Yunani tampil bertahan dengan solid. Mereka menjaga rapat daerah pertahanan, dan memasang jebakan offside. Disiplinnya Yunani sempat membuat beberapa pemain Jerman sedikit frustasi (yang ditunjukan oleh Schwaini, ataupun Khedira). Ketatnya pengawalan terhadap Öezil, menjadikan Boateng dan Phillip Lahm memaksa maju hingga depan garis pertahanan, menusuk dari sisi kiri dan kanan. Banyaknya kesempatan emas tidak dapat dijadikan peluang bagi Jerman, Reuz tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, beberapa blunder dia lakukan pada timing dimana gol bisa saja terjadi. Hingga akhirnya pada menit ke-34 sang kapten Phillip Lahm memecah kebuntuan dari luar titik penalti. tembakan kaki kanannya tidak dapat ditepis dengan baik oleh kiper Yunani, Sifalakis. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
Memasuki kick off babak kedua, Jerman mulai bermain lebih terbuka. Pergerakan lini tengah dari Oezil-Kheidira-Schweini mampu membuat pertahanan Yunani terkikis sedikit demi sedikit. Sayangnya hal itu harus dibayar mahal ketika Schweini tidak mampu memblok counter attack yang dilakukan Yunani, dan lini belakang tidak dalam pengawalan bek Jerman. Sehingga Samaras (yang lolos dari hadangan Boateng) mampu menyamakan kedudukan 1-1. Keringat dingin bercucuran, apakah ini artinya keajaiban akan terjadi lagi pada Yunani?
Sadar akan rapuhnya lini belakang akibat keasikan menyerang segera dibenahi oleh pemain Jerman. Akhirnya selang 6 menit kemudian, tendangan keras Sami Kheidira membalikan keadaan menjadi 2-1. Masuknya Muller menggantikan Schurle juga memberikan angin segar terhadap Oezil (karena pengawalan padanya mulai berkurang), dan kali ini Klose mmbuktikan kepiawaiannya dalam adu udara, 3-1. Dominasi Jerman semakin menjadi, der panzer akhirnya memperbesar kedudukan menjadi 4-1 berkat kerjasama satu-dua antara Oezil, Klose dan Reuz. Walaupun Yunani mendapatkan hadiah hiburan berupa penalti, yang mengecoh Neuer (bad day for him) tidak cukip untuk menjaga keajaiban di negeri para Dewa ini. Pertandingan berakhir 4-2, dan dengan demikian Jerman berhak atas tiket ke Semifinal melawan pemenang antara Inggris dan Italia.

Consistency
Keberhasilan Jerman bukan hasil yang mudah, sempat dikritik karena performa mereka tidak secemerlang Piala Dunia dua tahun lalu, nyatanya Der Panzer lolos dari himpitan grup neraka dan melaju ke semifinal. Gambling Loew dalam pertandingan kali ini terbukti jitu, dan ada hal yang bisa kita perhatikan:
1. Seimbangnya kekuatan antara tim inti dan cadangan dari tim Jerman. Pergantian Podolski dengan Schurle tidak merubah ritme permainan, begitu pula Matt Hummels yang menjadi suksesor Anne Friedrich. Ditambah range umur mereka tidak terlalu jauh (kecuali Klose tentunya). Golden generation yang diperoleh dalam waktu 10 tahun.
2. Kombinasi serangan lini tengah tidak selalu berpusat pada pergerakan Oezil-Muller-Schweini, tapi bisa diatasi oleh kombinasi apik dari Kheidira atau Lahm-Boateng.
3. Disiplin dan konsistensi menjadi kunci apik keberhasilan Jerman saat ini. Belajar dari kegagalan di Euro 2008, dan Piala Dunia 2010, Loew akhirnya dapat menyatukan ritme permainan anak asuhannya. Bagaimana dia menemukan padanan bagi tim - tim yang sesuai prediksi akan memainkan bola "tik tak", atau tim yang terlalu ekstrem bertahan.
Dengan ini wajar jika Jerman menjadi tim yang diunggulkan di Piala Eropa tahun ini. Selanjutnya tinggal meneruskan konsistensi ini di semifinal, entah melawan musuh bebuyutan Inggris ataukah Tim bertahan Italia?
viel Glück, die Nationalmannschaft

Posted via BlogPost

Minggu, 10 Juni 2012

Resensi Buku: Artemis Fowl and The Lost Colony



Apa jadinya jika dua anak genius saling beradu? Hal ini yang tengah dialami oleh Artemis Fowl, dan juga bencana bagi Kaum. Satu Artemis Fowl sudah cukup membuat dunia bawah kalang kabut, sekarang muncul lagi seorang gadis dengan IQ tinggi yang berambisi untuk mendapatkan nobel perdananya,parahnya dia juga mengetahui bahwa Peri itu ada, Minerva Paradizo.
Setelah aksi penuh ketegangan dengan kudeta Opal Koboi, Artemis menemukan elemen lain yang akan muncul ketika persamaan energi waktu mencapai titik temu, yaitu Demon. Walaupun masih berhubungan dengan para peri, Demon terpisah setelah perang besar di Traille yang membuat mereka disegel di sebuah pulau bernama Hybrass oleh para warlock demon.

Artemis semakin tertantang untuk mengetahui rahasia dibalik kemunculan demon ini setelah perjalanannya menembus ruang dan waktu. Tetapi, Minerva yang dipenuhi oleh ambisinya mempresentasikan Demon sebagai karya ilmiah juga memikirkan hal yang sama. Kejadian semakin menarik ketika sesosok Demon bernama No.1 -yang menolak sifat Demonish dalam dirinya, dan lebih beradab- muncul di permukaan bumi. Artemis harus mengakui kecerdikan Minerva ketika gadis itu berhasil menculik No.1 di depan matanya. Mau tidak mau Artemis harus merebut kembali No.1 dibantu dengan teman-temannya (mantan kapten) Holly Short si elf yang kini beralih menjadi detektif swasta, Foaly si Centaur maniak teknologi, dan mantan kurcaci kriminal Mulch Diggums untuk menembus rapatnya kediaman Paradizo di mana Minerva menyekap No.1.

Kehadiran Demon ini juga membawa masalah tersendiri bagi kelangsungan semua makhluk, karena mantra waktu yang menopang Hybrass mulai runtuh. Belum lagi kawanan demon haus darah yang berniat kembali ke bumi untuk balas dendam. Tidak ada lagi waktu untuk berpikir, Artemis harus membuat keputusan cepat untuk mengakali saingannya dan berpacu dengan waktu. Masalahnya selain Demon, Artemis muda kini tengah dipusingkan juga dengan perasaan cinta. ^^

Buku kelima dari seri Artemis Fowl karangan Eoin Colfer ini semakin menyajikan plot yang menarik. Colfer pandai memadukan fiksi dan kenyataan,sehingga tidak membuat pembacanya bosan mengikuti serial bocah genius ini. Perpaduan antara karya sastra dengan penjelasan ilmiahnya pun diolah dengan baik, selain itu dia memasukan beberapa karakter baru yang mempunyai andil dalam perubahan sifat Artemis. Dari segi cerita yang ingin Colfer sampaikan, saya menangkap pesan bahwa penjahat yang sesungguhnya bukan mereka yang kejam dalam membunuh, tapi orang yang mampu merencanakan segala sesuatu secara akurat, efektif, dan efisien.

Tapi Artemis sendiri adalah anak laki-laki, yang bahkan belum genap berusia 17 sekarang. Pertemuannya dengan banyak orang lambat laun mengubah cara pandang dirinya. Di buku ini mungkin anda juga harus bersiap-siap terkejut karena ada perkembangan yang tidak akan anda duga sebelumnya. Maka saya sarankan anda untuk duduk tenang dengan segelas teh hangat, dan bukalah halaman pertama dari Artemis Fowl and The Lost Colony ini. Happy Reading ~~

Judul Buku : Artemis Fowl and The Lost Colony (Indonesia: Artemis Fowl dan Koloni yang Hilang)
Pengarang : Eoin Cofler
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 416 halaman

Posted via BlogPost

Kamis, 19 April 2012

Kimi Ni Todoke : Can I Reach You Directly?


Kali ini penulis akan memberikan referensi film yang hadir dari negeri Sakura. Sebenarnya film ini sudah tayang di tahun 2010, tapi tidak ada salahnya jika kita simak film romantis yang diangkat dari komik karya Karuho Shiina sensei dengan judul yang sama.

Plot


Kuronuma Sawako (Mikako Tabe) adalah seorang gadis remaja yang dijuluki Sadako -tokoh hantu dalam film The Ring- karena penampilannya. Rambutnya hitam panjang, wajah yang terlihat menyeramkan, bahkan aura gelap terkadang muncul disetiap kehadirannya. Sebenarnya Sawako adalah gadis remaja yang mengidolakan Zashiki Warashi -salah satu  mitos di Jepang yang menyebarkan kebahagiaan dan selalu berbuat baik-, dan karena kesalahpahaman ketika SD dia dijuluki seperti itu (selain pelafalannya hampir mirip, kesan yang ditampilkannya juga sama sih ^^). Bahkan mitos yang mengiringi dirinya pun banyak, seperti jika kita melihat matanya selama lebih dari tiga detik akan tertimpa kesialan.

Semuanya berawal dari upacara penerimaan murid baru, ketika Sawako bertemu dengan Kazehaya Shota (Miura Haruma) yang tersesat ke sekolah. Kazehaya adalah orang yang mudah berbaur dengan lingkungan, keberadaannya terasa menyegarkan (menurut opini Sawako), seorang tipikal murid populer yang disukai siapa saja yang berlawanan dengan Sawako. Namun, semenjak peremuan mereka itulah Kazehaya menyimpan perasaan padanya, dan mulai memperlakukan gadis itu dengan khusus. Perhatian Kazehaya (yang jelas-jelas pendekatan)  membuat Sawako merasakan hal-hal yang baru, dan dia menaruh rasa hormat dan kagum padanya.

Berkat Kazehaya, Sawako mulai bisa mengekrpesikan dirinya sedikit demi sedikit. Dia pun mulai berteman dengan Yano Ayane  (Yano), dan Yoshida Chizuru (Chizu), serta teman masa kecil Chizu chan yang sekelas dengan mereka Sanada Ryu (cowo aneh yang sulit mengingat nama orang ^^;). Sawako mulai merasa bersalah ketika gosip miring tentang Yano dan Chizu merebak seiring dengan kedekatan mereka, dan berusaha menjauh dari keduanya. Hingga akhirnya setelah berkonsultasi dulu dengan Kazehaya, sebuah perstiwa di toilet siswi dimana Sawako meminta orang-orang yang menggosipkan mereka berdua menarik kata-katanya, membuat hubungan persahabatan Sawako dengan Yano dan Chizu semakin erat. Mereka berdua tersentuh dengan upaya Sawako yang melawan gosip itu.

Kedekatan Sawako dan Kazehaya di satu sisi membuat Ume Kurumizawa merasa cemburu. Dia menyukai Kazehaya semenjak SMP, dan mulai menjebak Sawako ketika pertandingan olahraga berlangsung dengan menyuruh gadis itu pergi menemui Ryu di ruang olahraga. Sementara dia mengatakan pada Kazehaya bahwa Sawako menyukai Ryu. Melihat Sawako dan Ryu tengah berduaan, Kazehaya sontak meninggalkan peralatan yang dia bawa, dan menarik lengan gadis itu menjauh dari sana (ini adegan paling romantis dan sweet menurut  saya ^o^). Walaupun di akhir festival olahraga Kurumizawa menyatakan perasaanya, yang ditolak oleh Kazehaya, penyebab munculnya gosip itu pun akhirnya terbongkar.

Musim berlalu dan Natal pun tiba, kali ini Kazehaya dibuat kebingungan bagaimana membuat Sawako mengerti perasaannya. Dia berencana "menembak" gadis itu saat pesta Natal, tapi Sawako tidak bisa hadir karena dia merayakan Natal dengan keluarganya. Semakin desperatelah Kazehaya di akhir tahun itu. Ayane dan Chizu yang gemas melihat mereka berdua akhirnya mendorong Sawako agar lebih berani, dan mengerti perasaannya sendiri terhadap Kazehaya.Ketika malam pergantian tahun tiba, Kazehaya yang sedang bad mood karena masalah cintanya, diajak Ryu untuk memainkan tangkap bola, di sana dia bertemu Pin, wali kelas mereka yang memintanya untuk menyerahkan buku pelajar Sawako yang sempat hilang. Di situlah Kazehaya menemukan helaian kelopak sakura ketika mereka pertama kali bertemu, dan mulai mengerti perasaan Sawako padanya. Di satu sisi, Sawako meminta maaf pada ayahnya karena ada orang yang ingin dia temui ketika malam pergantian tahun tiba.

Review Penulis


Kimi ni Todoke (atau dalam versi Bahasa Inggris menjadi From Me to You) cukup mudah dimengerti walaupun diantara kalian mungkin tidak mengikuti komiknya. Karena di Jepang sendiri komiknya baru terbit hingga chapter 67, dan statusnya masih ongoing. Walaupun isi dari film ini belum menceritakan secara lengkap kelanjutan Sawako dan Kazehaya.

Film dengan genre kehidupan sekolah, pertemanan, dan cinta musim semi mungkin suda biasa, tapi apa yang membuat film ini begitu menarik? Jujur saja pada awalnya saya tertarik karena ini film Haruma Miura setelah Gokusen the Movie di tahun 2009, tapi para pemeran dalam film ini dipilih dengan tepat jadi penulis rasa kalian tidak akan kehilangan rasa greget ketika menontonnya. Bagaimana membuat Sawako yang awalnya sudah terbiasa dengan perlakuan orang-orang yang salah paham padanya mengerti perasaaan Kazehaya akan dirinya merupakan inti dari cerita ini. Persahabatan antara Sawako dengan kedua teman perempuan pertamanya di sekolah, Ayane dan Chizu juga membuat saya terharu. Salah satu quote favorit saya adalah "Bahkan sebelum kamu mengetahuinya, kita sudah bersahabat dari dulu. Itulah teman". Takako Abe dan Miura Haruma juga berhasil membuat peran Sawako dan Kazehaya menjadi hidup. Kesan segar yang ditampilka oleh Kazehaya juga terlihat dari senyuman Miura yang memang mempesona (^o^).

Ada beberapa hal yang penulis tangkap dari film ini :
1. Jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya
Sawako yang seperti hantu ternyata gadis yang rajin dan canggung menghadapi orang lain, Kazehaya walaupun dia terlihat menyegarkan  tapi dia hanyalah anak laki-laki yang bisa bingung dengan perasaan sukanya. Ayane yang seperti wanita ankal, atau Chizu yang seperti gangster. Penampilan bukan segalanya, tapi apa yang ada di hati mereka yang lebih penting.
2. Berusaha keras
Sawako memang kesulitan berhadapan dengan orang lain, tapi dia selalu berusaha keras melakukan sesuatu dengan benar dan sebaik-baiknya. Ketika dia menghadapi "geng" perempuan yang membicarakan gosip tentang Ayane dan Chizu, dia berusaha agar mereka menarik kata-katanya kembali. Hal inilah yang membuat saya bertambah kagum padanya.
Selain bisa disaksikan sendiri, film ini juga dapat disaksikan buat kalian yang masih dalam kondisi labil (remaja). Tidak ada kontent yang aneh, karena Sawako sendiri masihlah polos dalam berteman ^^. Overall, penulis memberikan nilai 4,5/5 untuk film ini. Happy watching~~

Kimi No Todoke versi komik

Kamis, 12 April 2012

The Raid : Adrenalin Rush Versi Indonesia

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya minggu lalu saya berhasil menyaksikan film ini. Memang sudah lewat dari minggu penayangan perdananya, tapi animo untuk menyaksikan film ini tidak pernah surut. Seperti apa sih film yang menjadi perbincangan di festival film Toronto tahun lalu ini? Walaupun banyak orang telah membuat review tentang film ini,nampaknya belumlah afdol jika saya belum mengulasnya juga (film ini juga termasuk ke dalam daftar '10 film rekomendasi' ala purpleneko).

Sinopsis
Inti dari film ini sangatlah simple, penyerbuan tim SWAT untuk menggerebek sebuah apartemen yang menjadi markas gembong narkotik kelas kakap di Jakarta,yang dipimpin oleh Tama. Tidak ada polisi yang berani mengusik keberadaan apartemen yang juga dijadikan "tempat tinggal" bagi penjahat yang diizinkan oleh Tama. Hingga suatu hari 20 orang polisi membuat misi untuk menyerbu tempat ini. Semuanya terlihat mulus, hingga sebuah kejadian tidak terduga membuat para penghuni apartemen terusik. Terperangkap tanpa jalan keluar, dan para penjahat yang memburu mereka, maka dimulailah mimpi buruk bagi Rama( Iko Uwais) dan rekan-rekannya.

Kesan Penulis
Kata petama yang akan saya ucapkan adalah : Kurang Ajar! Bukan tanpa alasan saya bicara seperti itu, sepanjang film saya harus menahan nafas terus menerus, dan mencengkram lengan. Gareth Evans berhasil membuat adegan laga dengan sangat apik. Dari segi sudut pengambilan gambar, setiap adegan serasa nyata. Ekspresi ketakutan korban sebelum menghadapi kematian tersampaikan kepada penonton. The Raid adalah film kedua dia dalam mencampurkan pencak silat setelah diawali dengan "Merantau", dan masih bekerja sama dengan Iko Uwais sebagai titik sentral film. Bukan tanpa alasan mengapa pencak silat dipilih sebagai unsur utama, disamping ingin mengenalkan beladiri khas Indonesia, pada dasarnya pencak silat sebuah beladiri yang sebenarnya bertujuan untuk membunuh bukan self defense seperti halnya karate. Namun perkembangan jaman dan juga mobilitas penduduk, banyak yang hanya mengenal pencaksilat sebagai kesenian beladiri saja. Di dalam film ini penonton akan diajak bagaimana pencak silat bukan hanya gerakan tangkis dan serang, tapi sebuah ritme mematikan yang dapat melumpuhkan lawan. Sebagai catatan, dalam pertandingan olahraga menggunakan sikut untuk menyerang lawan dilarang, karena berpotensi untuk membunuh lawan.

Iko Uwais sebagai Rama, tentunya tidak akan memainkan perannya dengan sempurna tanpa kehadiran Ray Sahetapy yang memerankan Tama,sang antagonis. Entah karena wajahnya yang mendukung (maaf om Ray), atau orang memang lebih mengenalnya sebagai spesialis di dunia antagonis. Kesan yang saya tangkap adalah penjahat berdarah dingin yang disatu sisi pintar. Dia membuat sistem pertahanan apartemen tidak hanya dari keamanan di dalam, tapi dari luar,salah satunya menyuap polisi. Mengingatkan saya pada Heath Ledger di film Batman: the Dark Knight.

Adegan laga yang apik, dan kombinasi para pemain membuat film ini memang layak untuk masuk ke dalam jajaran Box Office di Amerika. Tidak sedikit kritikus yang memuji film ini,prestasi yang membanggakan untuk dunia perfilman kita. Namun, masih ada beberapa hal yang penulis perhatikan dalam film ini.
1. Kamera
Beberapa adegan, terutama di adegan awal operasi penyerbuan terasa pengambilan gambar sedikit bergoyang. Apakah faktor keterbatasan dana menjadi salah satu alasan sehingga peralatan yang digunakan bisa dikatakan "mimimalis"?
2.Kejanggalan Adegan
Terdapat adegan di mana mobil mereka ditembaki serentetan peluru, dan latar belakangnya adalah lalu lintas yang ramai di siang hari. Apalagi jenis mobil a****a terlihat lalu lalang di belakangnya. Normalnya orang pasti mendengar rentetan tembakan,apalagi senapan yang digunakan tidak hanya satu. Penulis beranggapan bahwa apartemen itu memang untouchable maka tidak ada yang berani mendekat( ^_^)

Jika anda mengharapkan drama atau cerita kompleks bin ruwet, maka anda tidak akan menjumpainya di sini. Walaupun penulis rasa ceritanya masih bisa dibuat sedemikian rumit, dan masih banyak hal yang belum tersampaikan secara menyeluruh di The Raid (apakah akan disimpan untuk sekuelnya?). Tapi hal itulah yang cocok untuk masyarakat Indonesia, belum tentu semua orang ingin menyaksikan drama dalam film laga, apalagi adegan cinta (ayolah, siapa yang mau menyaksikan cinta segitiga di bawah hujan sementara darah di mana-mana?). Film ini juga tidak disarankan bagi remaja, dan mereka yang mempunyai jantung lemah. Beberapa adegan di sini mempunyai efek lebih menyeramkan dibandingkan hantu tanpa kepala yang mengejar wanita di kamar mandi, atau perseteruan gadis populer menjadi bintang musik terkenal. Overall, penulis memberikan rating 4,5/5 untuk The Raid. Semoga sekuelnya bisa melebihi film pertamanya. Mungkin perlu juga ditambahkan komposisj bagi film ini, 97% aksi, 2% drama, dan 1% kesegaran daun mint.

referensi: The Raid on Dublin Film Festival

Posted via BlogPost