Selasa, 17 Juli 2012

Resensi Buku: The Fetch (Sang Duplikat)



cover versi Indonesia


"Tapi ini bukan mimpi buruk. Ia terjaga. Jadi...makhluk itu nyata; tangan tengkoraknya, jubah hitamnya, nyata."

Sky, seorang pemuda yang awalnya didiagnosa mengalami gangguan tidur, akibat pengaruh psikologis seringnya dia berpindah tempat tinggal mengikuti pekerjaan orangtuanya. Terkadang dia bisa berjalan dalam tidurnya, atau terbangun tiba-tiba, yang anehnya selalu di waktu yang sama. Segalanya semakin membingungkan ketika ibunya menerima kiriman peti yang berisi barang-barang peninggalan ayahnya, yang tidak lain kakek Sky, yaitu Sigurd.
Sigurd telah lama meninggal, kapal yang membawanya karam di Laut Jawa sebelum Sky lahir. Tapi ada satu kesamaan diantara mereka berdua, alis mata yang menyatu, dan mereka lahir dengan selaput membran yang masih melekat di wajah. Bagi orang Norwegia mereka yang terlahir seperti itu dipercaya mempunyai bakat menjadi cenayang, dan mampu melakukan "perjalanan" dengan Fetch (duplikat jiwa).
Selain foto, Sky juga menemukan batu-batu Rune dalam peti kakeknya. Bersama dengan sepupunya, Kristin, Sky berusaha mengetahui apa yang terjadi pada dirinya menggunakan batu rune. Batu-batu yang mampu meramalkan sesuatu akhirnya membawa Sky ke dalam sebuah perjalanan, melintasi distorsi waktu, bertemu nenek moyangnya, mempelajari sejarah keluarganya, bahkan yang tidak diduga "bertemu" dengan Sigurd. Di sini dia mengetahui bahwa dia mampu melakukan perjalanan dengan fetch, tapi perjalanan ini bukannya tanpa resiko. Semakin Sky mendalami sejarah dan juga kemampuannya, dia semakin bingung dengan segala hal aneh yang terjadi di sekitarnya, mimpinya, dan terutama bayangan hitam yang selalu mengejarnya. Sky harus mencari jawaban atas semua pertanyaannya, menentukan takdir bagi dirinya dan menyelamatkan sepupunya, sementara makhluk hitam itu pun semakin mendekat....
***
Buku "The Fetch" yang merupakan buku pertama dari The Runestone Saga karangan Chris Humphreys, memadukan sci-fi, mitos, legenda, dan juga hal-hal supernatural dalam setiap alurnya. Menurut saya, bab-bab awal dari novel ini berjalan lambat. Banyak kalimat, kemudian percakapan antar tokoh yang datar. Hal ini mengingatkan saya pada alur film, yang diawali dariprolog, klimaks, dan diakhiri oleh epilog. Pendapat ini bukannya tanpa alasan, karena Chris Humphreys sendiri adalah seorang aktor dari Britania, dan berpengaruh pada gaya penulisannya. Sehingga kita seolah-olah diajak menyaksikan sebuah film melalui buku.
Walaupun begitu, Chris Humphreys mampu mengolah mitos bangsa Norwegia dengan baik. Fetch, mungkin agak mirip dengan Dopplegangger. Sebuah duplikat dari jiwa kita, yang mempunyai bentuk, rupa yang sama, tapi kepribadiannya berbeda. Beberapa mempercayai, jika bertemu dengan duplikat kita sendiri maka hal buruk akan terjadi. Mitos ini menyebar hampir di seluruh negara, tidak terkecuali Indonesia. Dimana hal ini disinggung dalam buku "The Fetch". Sementara bentuk meramal entah itu menggunakan Rune (batu dengan ukiran simbol tertentu), tulang, kartu, atau alat bantu ramal lainnya menambah kesan supernatural. Bagi bangsa Norwegia, batu rune tidak akan bisa dilepaskan dari kisah Viking mereka. Karena rune tercipta melalui pengorbanan Dewa Odin yang mengorbankan satu matanya demi pengetahuan ini.
The Fetch mampu membuat saya sedikit merinding ketika membacanya, bukan karena hantu bermunculan kapan saja, tapi pemikiran dan ketegangan Sky dijabarkan dengan apik oleh Chris Humphreys. Disaat semua terlihat sudah selesai, Humphreys masih menyimpan kejutan untuk anda di akhir cerita. Nikmati The Fetch di akhir pekan anda, dan saya yakin anda akan dibuat penasaran bagaiman kelanjutan ceritanya. Olehkarena itu saya memberikan nilai 8/10 untuk buku ini.
Non Omnis Moriar; aku tidak pernah benar-benar mati

Judul: The Fetch (Sang Duplikat - versi Indonesia)
Pengarang: Chris Humphreys
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Fanny Yuanita
Jumlah Halaman: 384
Tahun Terbit: Agustus 2011

Posted via BlogPost

Tidak ada komentar: