Skuad Jerman vs Portugal
Prestasi membanggakan mungkin bisa kita alamatkan kepada Jerman. Der Panzer menjadi satu-satunya tim yang memenangkan seluruh pertandingan di fase grup. Torehan poin 9 menjadi angka sempurna bagi Mezut Öezil dan kawan-kawan. Diawali dengan sukses mematikan pergerakan CR7 sehingga memenangkan laga penentu dengan Portugal 1-0, Jerman meneruskan tren positif yang dibuktikan dengan menghempaskan Belanda dan Denmark, 2-1. Menjadi juara grup, dan Jumat atau Sabtu dini hari ini (23 Juni 2012, GMT +7 Jakarta) mereka menghadapi Yunani di fase Perempat Final yang berlangsung di Gdansk, Polandia.
Panzer vs Olympus
Pertandingan yang seru, sarat nuansa politik dan gengsi. Sesuai prediksi pelatih Jerman, Joachim Loew yang mengatakan bahwa Yunani adalah tim dengan kemampuan bertahan yang solid. Tidak diunggulkan, tapi itu yang membuat mereka bisa tampil lepas tanpa beban, dan berhasil menyingkirkan Rusia di grup A. Jerman masih bermain dengan formasi 4-3-2-1, yang membuat terkejut adalah perubahan starting XI mereka kali ini. Tiga pillar utama Jerman yaitu Müller, Podolski, dan Gomez tidak dimainkan sejak awal. Digantikan oleh Anne Schurle dan Reuz. Sedangkan ujung tombak dipercayakan kepada Miroslav Klose. Ini sebuah gambling yang sangat berani oleh Herr Loew. Biasanya perubahan starting XI dilakukan pada fase grup, bukan pada babak menentukan seperti perempat final, walaupun di atas kertas Jerman memang diunggulkan.
Kick off babak pertama dimulai, Yunani tampil bertahan dengan solid. Mereka menjaga rapat daerah pertahanan, dan memasang jebakan offside. Disiplinnya Yunani sempat membuat beberapa pemain Jerman sedikit frustasi (yang ditunjukan oleh Schwaini, ataupun Khedira). Ketatnya pengawalan terhadap Öezil, menjadikan Boateng dan Phillip Lahm memaksa maju hingga depan garis pertahanan, menusuk dari sisi kiri dan kanan. Banyaknya kesempatan emas tidak dapat dijadikan peluang bagi Jerman, Reuz tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, beberapa blunder dia lakukan pada timing dimana gol bisa saja terjadi. Hingga akhirnya pada menit ke-34 sang kapten Phillip Lahm memecah kebuntuan dari luar titik penalti. tembakan kaki kanannya tidak dapat ditepis dengan baik oleh kiper Yunani, Sifalakis. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
Memasuki kick off babak kedua, Jerman mulai bermain lebih terbuka. Pergerakan lini tengah dari Oezil-Kheidira-Schweini mampu membuat pertahanan Yunani terkikis sedikit demi sedikit. Sayangnya hal itu harus dibayar mahal ketika Schweini tidak mampu memblok counter attack yang dilakukan Yunani, dan lini belakang tidak dalam pengawalan bek Jerman. Sehingga Samaras (yang lolos dari hadangan Boateng) mampu menyamakan kedudukan 1-1. Keringat dingin bercucuran, apakah ini artinya keajaiban akan terjadi lagi pada Yunani?
Sadar akan rapuhnya lini belakang akibat keasikan menyerang segera dibenahi oleh pemain Jerman. Akhirnya selang 6 menit kemudian, tendangan keras Sami Kheidira membalikan keadaan menjadi 2-1. Masuknya Muller menggantikan Schurle juga memberikan angin segar terhadap Oezil (karena pengawalan padanya mulai berkurang), dan kali ini Klose mmbuktikan kepiawaiannya dalam adu udara, 3-1. Dominasi Jerman semakin menjadi, der panzer akhirnya memperbesar kedudukan menjadi 4-1 berkat kerjasama satu-dua antara Oezil, Klose dan Reuz. Walaupun Yunani mendapatkan hadiah hiburan berupa penalti, yang mengecoh Neuer (bad day for him) tidak cukip untuk menjaga keajaiban di negeri para Dewa ini. Pertandingan berakhir 4-2, dan dengan demikian Jerman berhak atas tiket ke Semifinal melawan pemenang antara Inggris dan Italia.
Consistency
Keberhasilan Jerman bukan hasil yang mudah, sempat dikritik karena performa mereka tidak secemerlang Piala Dunia dua tahun lalu, nyatanya Der Panzer lolos dari himpitan grup neraka dan melaju ke semifinal. Gambling Loew dalam pertandingan kali ini terbukti jitu, dan ada hal yang bisa kita perhatikan:
1. Seimbangnya kekuatan antara tim inti dan cadangan dari tim Jerman. Pergantian Podolski dengan Schurle tidak merubah ritme permainan, begitu pula Matt Hummels yang menjadi suksesor Anne Friedrich. Ditambah range umur mereka tidak terlalu jauh (kecuali Klose tentunya). Golden generation yang diperoleh dalam waktu 10 tahun.
2. Kombinasi serangan lini tengah tidak selalu berpusat pada pergerakan Oezil-Muller-Schweini, tapi bisa diatasi oleh kombinasi apik dari Kheidira atau Lahm-Boateng.
3. Disiplin dan konsistensi menjadi kunci apik keberhasilan Jerman saat ini. Belajar dari kegagalan di Euro 2008, dan Piala Dunia 2010, Loew akhirnya dapat menyatukan ritme permainan anak asuhannya. Bagaimana dia menemukan padanan bagi tim - tim yang sesuai prediksi akan memainkan bola "tik tak", atau tim yang terlalu ekstrem bertahan.
Dengan ini wajar jika Jerman menjadi tim yang diunggulkan di Piala Eropa tahun ini. Selanjutnya tinggal meneruskan konsistensi ini di semifinal, entah melawan musuh bebuyutan Inggris ataukah Tim bertahan Italia?
viel Glück, die Nationalmannschaft
Posted via BlogPost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar