Kamis, 19 April 2012

Kimi Ni Todoke : Can I Reach You Directly?


Kali ini penulis akan memberikan referensi film yang hadir dari negeri Sakura. Sebenarnya film ini sudah tayang di tahun 2010, tapi tidak ada salahnya jika kita simak film romantis yang diangkat dari komik karya Karuho Shiina sensei dengan judul yang sama.

Plot


Kuronuma Sawako (Mikako Tabe) adalah seorang gadis remaja yang dijuluki Sadako -tokoh hantu dalam film The Ring- karena penampilannya. Rambutnya hitam panjang, wajah yang terlihat menyeramkan, bahkan aura gelap terkadang muncul disetiap kehadirannya. Sebenarnya Sawako adalah gadis remaja yang mengidolakan Zashiki Warashi -salah satu  mitos di Jepang yang menyebarkan kebahagiaan dan selalu berbuat baik-, dan karena kesalahpahaman ketika SD dia dijuluki seperti itu (selain pelafalannya hampir mirip, kesan yang ditampilkannya juga sama sih ^^). Bahkan mitos yang mengiringi dirinya pun banyak, seperti jika kita melihat matanya selama lebih dari tiga detik akan tertimpa kesialan.

Semuanya berawal dari upacara penerimaan murid baru, ketika Sawako bertemu dengan Kazehaya Shota (Miura Haruma) yang tersesat ke sekolah. Kazehaya adalah orang yang mudah berbaur dengan lingkungan, keberadaannya terasa menyegarkan (menurut opini Sawako), seorang tipikal murid populer yang disukai siapa saja yang berlawanan dengan Sawako. Namun, semenjak peremuan mereka itulah Kazehaya menyimpan perasaan padanya, dan mulai memperlakukan gadis itu dengan khusus. Perhatian Kazehaya (yang jelas-jelas pendekatan)  membuat Sawako merasakan hal-hal yang baru, dan dia menaruh rasa hormat dan kagum padanya.

Berkat Kazehaya, Sawako mulai bisa mengekrpesikan dirinya sedikit demi sedikit. Dia pun mulai berteman dengan Yano Ayane  (Yano), dan Yoshida Chizuru (Chizu), serta teman masa kecil Chizu chan yang sekelas dengan mereka Sanada Ryu (cowo aneh yang sulit mengingat nama orang ^^;). Sawako mulai merasa bersalah ketika gosip miring tentang Yano dan Chizu merebak seiring dengan kedekatan mereka, dan berusaha menjauh dari keduanya. Hingga akhirnya setelah berkonsultasi dulu dengan Kazehaya, sebuah perstiwa di toilet siswi dimana Sawako meminta orang-orang yang menggosipkan mereka berdua menarik kata-katanya, membuat hubungan persahabatan Sawako dengan Yano dan Chizu semakin erat. Mereka berdua tersentuh dengan upaya Sawako yang melawan gosip itu.

Kedekatan Sawako dan Kazehaya di satu sisi membuat Ume Kurumizawa merasa cemburu. Dia menyukai Kazehaya semenjak SMP, dan mulai menjebak Sawako ketika pertandingan olahraga berlangsung dengan menyuruh gadis itu pergi menemui Ryu di ruang olahraga. Sementara dia mengatakan pada Kazehaya bahwa Sawako menyukai Ryu. Melihat Sawako dan Ryu tengah berduaan, Kazehaya sontak meninggalkan peralatan yang dia bawa, dan menarik lengan gadis itu menjauh dari sana (ini adegan paling romantis dan sweet menurut  saya ^o^). Walaupun di akhir festival olahraga Kurumizawa menyatakan perasaanya, yang ditolak oleh Kazehaya, penyebab munculnya gosip itu pun akhirnya terbongkar.

Musim berlalu dan Natal pun tiba, kali ini Kazehaya dibuat kebingungan bagaimana membuat Sawako mengerti perasaannya. Dia berencana "menembak" gadis itu saat pesta Natal, tapi Sawako tidak bisa hadir karena dia merayakan Natal dengan keluarganya. Semakin desperatelah Kazehaya di akhir tahun itu. Ayane dan Chizu yang gemas melihat mereka berdua akhirnya mendorong Sawako agar lebih berani, dan mengerti perasaannya sendiri terhadap Kazehaya.Ketika malam pergantian tahun tiba, Kazehaya yang sedang bad mood karena masalah cintanya, diajak Ryu untuk memainkan tangkap bola, di sana dia bertemu Pin, wali kelas mereka yang memintanya untuk menyerahkan buku pelajar Sawako yang sempat hilang. Di situlah Kazehaya menemukan helaian kelopak sakura ketika mereka pertama kali bertemu, dan mulai mengerti perasaan Sawako padanya. Di satu sisi, Sawako meminta maaf pada ayahnya karena ada orang yang ingin dia temui ketika malam pergantian tahun tiba.

Review Penulis


Kimi ni Todoke (atau dalam versi Bahasa Inggris menjadi From Me to You) cukup mudah dimengerti walaupun diantara kalian mungkin tidak mengikuti komiknya. Karena di Jepang sendiri komiknya baru terbit hingga chapter 67, dan statusnya masih ongoing. Walaupun isi dari film ini belum menceritakan secara lengkap kelanjutan Sawako dan Kazehaya.

Film dengan genre kehidupan sekolah, pertemanan, dan cinta musim semi mungkin suda biasa, tapi apa yang membuat film ini begitu menarik? Jujur saja pada awalnya saya tertarik karena ini film Haruma Miura setelah Gokusen the Movie di tahun 2009, tapi para pemeran dalam film ini dipilih dengan tepat jadi penulis rasa kalian tidak akan kehilangan rasa greget ketika menontonnya. Bagaimana membuat Sawako yang awalnya sudah terbiasa dengan perlakuan orang-orang yang salah paham padanya mengerti perasaaan Kazehaya akan dirinya merupakan inti dari cerita ini. Persahabatan antara Sawako dengan kedua teman perempuan pertamanya di sekolah, Ayane dan Chizu juga membuat saya terharu. Salah satu quote favorit saya adalah "Bahkan sebelum kamu mengetahuinya, kita sudah bersahabat dari dulu. Itulah teman". Takako Abe dan Miura Haruma juga berhasil membuat peran Sawako dan Kazehaya menjadi hidup. Kesan segar yang ditampilka oleh Kazehaya juga terlihat dari senyuman Miura yang memang mempesona (^o^).

Ada beberapa hal yang penulis tangkap dari film ini :
1. Jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya
Sawako yang seperti hantu ternyata gadis yang rajin dan canggung menghadapi orang lain, Kazehaya walaupun dia terlihat menyegarkan  tapi dia hanyalah anak laki-laki yang bisa bingung dengan perasaan sukanya. Ayane yang seperti wanita ankal, atau Chizu yang seperti gangster. Penampilan bukan segalanya, tapi apa yang ada di hati mereka yang lebih penting.
2. Berusaha keras
Sawako memang kesulitan berhadapan dengan orang lain, tapi dia selalu berusaha keras melakukan sesuatu dengan benar dan sebaik-baiknya. Ketika dia menghadapi "geng" perempuan yang membicarakan gosip tentang Ayane dan Chizu, dia berusaha agar mereka menarik kata-katanya kembali. Hal inilah yang membuat saya bertambah kagum padanya.
Selain bisa disaksikan sendiri, film ini juga dapat disaksikan buat kalian yang masih dalam kondisi labil (remaja). Tidak ada kontent yang aneh, karena Sawako sendiri masihlah polos dalam berteman ^^. Overall, penulis memberikan nilai 4,5/5 untuk film ini. Happy watching~~

Kimi No Todoke versi komik

Kamis, 12 April 2012

The Raid : Adrenalin Rush Versi Indonesia

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya minggu lalu saya berhasil menyaksikan film ini. Memang sudah lewat dari minggu penayangan perdananya, tapi animo untuk menyaksikan film ini tidak pernah surut. Seperti apa sih film yang menjadi perbincangan di festival film Toronto tahun lalu ini? Walaupun banyak orang telah membuat review tentang film ini,nampaknya belumlah afdol jika saya belum mengulasnya juga (film ini juga termasuk ke dalam daftar '10 film rekomendasi' ala purpleneko).

Sinopsis
Inti dari film ini sangatlah simple, penyerbuan tim SWAT untuk menggerebek sebuah apartemen yang menjadi markas gembong narkotik kelas kakap di Jakarta,yang dipimpin oleh Tama. Tidak ada polisi yang berani mengusik keberadaan apartemen yang juga dijadikan "tempat tinggal" bagi penjahat yang diizinkan oleh Tama. Hingga suatu hari 20 orang polisi membuat misi untuk menyerbu tempat ini. Semuanya terlihat mulus, hingga sebuah kejadian tidak terduga membuat para penghuni apartemen terusik. Terperangkap tanpa jalan keluar, dan para penjahat yang memburu mereka, maka dimulailah mimpi buruk bagi Rama( Iko Uwais) dan rekan-rekannya.

Kesan Penulis
Kata petama yang akan saya ucapkan adalah : Kurang Ajar! Bukan tanpa alasan saya bicara seperti itu, sepanjang film saya harus menahan nafas terus menerus, dan mencengkram lengan. Gareth Evans berhasil membuat adegan laga dengan sangat apik. Dari segi sudut pengambilan gambar, setiap adegan serasa nyata. Ekspresi ketakutan korban sebelum menghadapi kematian tersampaikan kepada penonton. The Raid adalah film kedua dia dalam mencampurkan pencak silat setelah diawali dengan "Merantau", dan masih bekerja sama dengan Iko Uwais sebagai titik sentral film. Bukan tanpa alasan mengapa pencak silat dipilih sebagai unsur utama, disamping ingin mengenalkan beladiri khas Indonesia, pada dasarnya pencak silat sebuah beladiri yang sebenarnya bertujuan untuk membunuh bukan self defense seperti halnya karate. Namun perkembangan jaman dan juga mobilitas penduduk, banyak yang hanya mengenal pencaksilat sebagai kesenian beladiri saja. Di dalam film ini penonton akan diajak bagaimana pencak silat bukan hanya gerakan tangkis dan serang, tapi sebuah ritme mematikan yang dapat melumpuhkan lawan. Sebagai catatan, dalam pertandingan olahraga menggunakan sikut untuk menyerang lawan dilarang, karena berpotensi untuk membunuh lawan.

Iko Uwais sebagai Rama, tentunya tidak akan memainkan perannya dengan sempurna tanpa kehadiran Ray Sahetapy yang memerankan Tama,sang antagonis. Entah karena wajahnya yang mendukung (maaf om Ray), atau orang memang lebih mengenalnya sebagai spesialis di dunia antagonis. Kesan yang saya tangkap adalah penjahat berdarah dingin yang disatu sisi pintar. Dia membuat sistem pertahanan apartemen tidak hanya dari keamanan di dalam, tapi dari luar,salah satunya menyuap polisi. Mengingatkan saya pada Heath Ledger di film Batman: the Dark Knight.

Adegan laga yang apik, dan kombinasi para pemain membuat film ini memang layak untuk masuk ke dalam jajaran Box Office di Amerika. Tidak sedikit kritikus yang memuji film ini,prestasi yang membanggakan untuk dunia perfilman kita. Namun, masih ada beberapa hal yang penulis perhatikan dalam film ini.
1. Kamera
Beberapa adegan, terutama di adegan awal operasi penyerbuan terasa pengambilan gambar sedikit bergoyang. Apakah faktor keterbatasan dana menjadi salah satu alasan sehingga peralatan yang digunakan bisa dikatakan "mimimalis"?
2.Kejanggalan Adegan
Terdapat adegan di mana mobil mereka ditembaki serentetan peluru, dan latar belakangnya adalah lalu lintas yang ramai di siang hari. Apalagi jenis mobil a****a terlihat lalu lalang di belakangnya. Normalnya orang pasti mendengar rentetan tembakan,apalagi senapan yang digunakan tidak hanya satu. Penulis beranggapan bahwa apartemen itu memang untouchable maka tidak ada yang berani mendekat( ^_^)

Jika anda mengharapkan drama atau cerita kompleks bin ruwet, maka anda tidak akan menjumpainya di sini. Walaupun penulis rasa ceritanya masih bisa dibuat sedemikian rumit, dan masih banyak hal yang belum tersampaikan secara menyeluruh di The Raid (apakah akan disimpan untuk sekuelnya?). Tapi hal itulah yang cocok untuk masyarakat Indonesia, belum tentu semua orang ingin menyaksikan drama dalam film laga, apalagi adegan cinta (ayolah, siapa yang mau menyaksikan cinta segitiga di bawah hujan sementara darah di mana-mana?). Film ini juga tidak disarankan bagi remaja, dan mereka yang mempunyai jantung lemah. Beberapa adegan di sini mempunyai efek lebih menyeramkan dibandingkan hantu tanpa kepala yang mengejar wanita di kamar mandi, atau perseteruan gadis populer menjadi bintang musik terkenal. Overall, penulis memberikan rating 4,5/5 untuk The Raid. Semoga sekuelnya bisa melebihi film pertamanya. Mungkin perlu juga ditambahkan komposisj bagi film ini, 97% aksi, 2% drama, dan 1% kesegaran daun mint.

referensi: The Raid on Dublin Film Festival

Posted via BlogPost